911, We Care

911 we care

Minggu, 2 Desember 2012 lalu, tim Magang PSMKGI Unpad dibantu oleh pengurus mengadakan Pos Kesehatan dan penggalangan dana untuk saudara kita di Soreang yang terkena musibah banjir. Acara ini dilaksanakan di Car Free Day Dago, Bandung. Tidak hanya menggalang dana, tim Magang pun memberikan fasilitas pemeriksaan gigi, penyuluhan, pemeriksaan tekanan darah, dan pemeriksaan gula darah secara cuma-cuma.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian proses Magang PSMKGI Unpad. Kali ini adalah sesi komisi C. Komisi C atau yang akrab disapa 911, bergerak di bidang Pengabdian Masyarakat. Pada kegiatan ini peserta magang diharuskan untuk menunjukan sisi kepedulian mereka terhadap masyarakat.

Persiapan dilakukan seminggu sebelumnya. Mula-mula adalah konsep acara. Apa saja yang akan dilakukan pada kegiatan tersebut. Berikutnya adalah mengenai persiapan logistik, publikasi, dan dokumentasinya. Setelah bermusyawarah, tim magang pun memutuskan untuk mengadakan pemeriksaan gigi, penyuluhan, pemeriksaan tekanan darah, dan cek gula darah gratis. Serta mengadakan penggalangan dana yang ditujukan untuk saudara kita di Soreang yang terkena banjir. Alat-alat yang akan digunakan pun disiapkan. Untuk menghemat pengeluaran, tim magang meminjamkan alat-alat milik pribadi untuk digunakan pada kegiatan ini.

Pada hari-H, panitia berkumpul di depan RS Borromeus pukul 06.00 WIB untuk mempersiapkan kegiatan. Dimulai dari menggelar tikar, menyusun pos-pos pemeriksaan, hingga pemasangan x-banner dan dekorasi pun dilakukan. Dan Tim Magang beserta Pengurus PSMKGI Unpad pun siap melaksanakan kegiatan. Untuk pemeriksaan gigi dan kesehatan mulut, ada kakak-kakak ko-ass yang membantu sebagai operator.

Dresscode tim magang yang berwarna dominan ungu menarik perhatian pengunjung untuk mampir sejenak dan melihat-lihat. Selain itu, ada pertunjukan teatrikal anak-anak yang di samping area kegiatan yang juga menarik perhatian pengunjung. Pengunjung yang telah menyaksikan pertunjukan, beberapa diantaranya mengunjungi pos kesehatan tim magang. Kegiatan hari itu ramai dikunjungi. Orang dewasa kebanyakan tertarik dengan pemeriksaan gula darah gratis, sedangkan anak-anak kebanyakan mendaftar untuk pemeriksaan gigi. Tidak sedikit pula pengunjung yang mengabaikan dan lewat begitu saja. Namun ternyata masih ada juga yang peduli dan menyumbang dengan nilai yang cukup besar.

Matahari mulai terik dan CFD pun akan segera berakhir. Walau demikian panitia masih semangat untuk mengajak orang-orang mengunjungi pos kesehatan dan menyumbangkan dananya untuk korban bencana.

Akhirnya CFD pun berakhir. Masih ada beberapa pengunjung yang ingin diperiksa, namun karena jalan sudah dibuka dan kendaraan sudah ramai memasuki jalan, terpaksa kami hentikan kegiatan. Panitia pun merapikan barang –barang dan meninggalkan area CFD menuju ke suatu tempat makan untuk berkumpul dan melakukan evaluasi.

Pengurus PSMKGI yang masih aktif mengapresiasi tim magang atas kerja kerasnya dan atas lancarnya kegiatan ini. Beberapa tips pun diberikan, seperti penyuluhan dalam bentuk flyer, belajar sebelum melakukan pemeriksaan, dan persiapan yang lebih matang. Namun untuk acara pertama, tim magang dinilai cukup berhasil. Tim magang pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pengurus PSMKGI yang telah berpartisipasi. Banyak pelajaran yang didapat untuk diperbaiki dan diaplikasikan pada kegiatan berikutnya.

Pada saat evaluasi juga dilakukan pemilihan Kor-In atau Koordinator Institusi. Raiandri Fajri terpilih sebagai Kor-In menggantikan Kang Boggi. Dengan terpilihnya Kor-In, berakhir pula kegiatan hari itu dan ditutup dengan foto bersama.

Written by: Fitri Setia

Photography by: Dea Ayu

Magang PSMKGI Hari Keempat

Kamis, 18 Oktober 2012 pukul 16.00 di ruang BPM yang lalu para peserta magang PSMKGI FKG Unpad mendapat materi berupa struktur organisasi PSMKGI yang terdiri dari 4 komisi dan 2 biro. Dan komisi pertama yang dibahas yaitu komisi D. Komisi ini berhubungan dengan media dan jaringan, yaitu sebagai penyalur informasi melalui media dan jaringan mengenai PSMKGI.

Komisi D ini memiliki 6 program utama, yaitu:

1.

Kapitalisasi website, yang bekerja dalam perubahan layout, konten website, link institusi dan jejaring sosial dari PSMKGI

2.

Atribut PSMKGI, yang bertugas dalam pembuatan jaket, badge, dan mars PSMKGI

3.

Database pengurus dan alumni PSMKGI : Nomor Induk Pengurus, Phonebook, Database, Forum Temu Alumni

4.

Company profile PSMKGI

5.

Media cetak PSMKGI

6.

Jaringan Eksternal IOMS :  

Hubungan IOMS dengan Nasional
Hubungan IOMS dengan Asian-Pasifik
Hubungan IOMS dengan Dunia

Setelah memberi materi tentang komisi D PSMKGI, para panitia magang menceritakan pengalaman mereka saat menghadiri MUNAS XII PSMKGI yang diadakan pada tanggal 10-14 Oktober di Bali. Dalam MUNAS tersebut membahas tentang AD/ART dari PSMKGI dan juga komisi-komisi yang terdapat di dalamnya juga mengalami perubahan, menjadi 2 biro dan 6 komisi, yaitu:

1.

Komisi A : Pendidikan dan Keprofesian

2.

Komisi B : Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa

3.

Komisi C : Pengabdian pada Masyarakat

4.

Komisi D : Media dan Informasi

5.

Komisi E : Jaringan

6.

Komisi F : Kajian strategi dan Advokasi

7.

Biro Ekonomi dan Investasi

8.

Biro Penelitian dan Pengembangan Organisasi

 

Setelah itu juga dilakukan pemilihan Sekjend dan Wasekjend yang baru periode 2012-2014, yaitu Muhammad Fuady (UGM) dan Gelar S. Ramdhani (Unsoed). Lalu juga terbitnya majalah PSMKGI yang merupakan salah satu program dari komisi D sendiri.

Kemudian panitia magang mengevaluasi tugas yang diberikan sebelumnya, jargon magang PSMKGI lalu ditutup dengan pembacaan tugas selanjutnya kepada para pesertamagang.

 

Kontributor: Endah Meirena

Editor: Nadia Cantika Hutami

 

Paham Mekanisme “Pasar” Dokter Gigi

Fenomena tidak meratanya penyebaran dokter gigi di Indonesia sudah sering dibahas banyak pihak. Anak daerah yang menuntut ilmu di fakultas kedokteran gigi universitas di kota-kota besar saja banyak yang enggan kembali ke kampung halamannya, apalagi mahasiswa yang sedari dulu dibesarkan oleh suasana kota. Efeknya jelas terasa pada masyarakat di wilayah yang tak tersentuh peran tenaga kesehatan. Padahal, setiap warga negara berhak atas pelayanan kesehatan, tidak memandang asal daerah, status ekonomi, pendidikan, dan sosial.

Penyebab dari tidak tersebarnya dokter gigi di Indonesia mengarah pada kurangnya dedikasi yang dimiliki individu sebagai dokter gigi terhadap tingkat kemajuan kesahatan gigi dan mulut Indonesia. Profesi sebagai dokter gigi dijadikan tumpuan utama untuk mengais rezeki mengalahkan dan mengenyampingkan peran diri dalam rasa kemanusiaan. Pasien seolah-olah adalah ladang memanen uang, dan gelar ternama adalah pupuk untuk menyuburkan pundi-pundi materi. “Dokter enggan ke daerah karena yang dipakai adalah mekanisme pasar. Kalau ada orang berani bayar tinggi, maka ia bisa dapat dokter yang andal. Di daerah yang kurang mampu, dokter-dokter tidak mau bekerja di sana,” kata Ali Ghufron Mukti, Wakil Menteri Kesehatan RI.

Mahasiswa kedokteran gigi harus dididik untuk peka terhadap masalah sosial, peduli pada rasa kemanusiaan, dan memiliki sense of belonging yang tinggi pada kondisi kesehatan masyarakat Indonesia. Ini adalah upaya yang dijalankan pihak lembaga pendidikan untuk mendidik mahasiswanya menjadi lulusan yang siap mengabdi. Sebenarnya tanpa mengedepankan urusan materi, keberadaan dokter gigi saja di mata masyarakat awam menjadi penting oleh karena mereka menganggap tenaga medis adalah orang yang sangat berjasa. Tidak diragukan lagi bahwa profesi tenaga kesehatan, termasuk dokter gigi, memiliki status sosial yang tinggi. Tinggal bagaimana kita mengolah kepedulian untuk mengabdi dan melayani.

senyum ternate
Gambar: Senyum Ternate. Daerah terpencil yang membutuhkan tenaga medis untuk tingkat kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik

Seharusnya kita  sedih, mekanisme pasar menghantui pola pikir dokter gigi. Siapa yang berani bayar tinggi, padanya kita melayani. Siapa yang tidak bisa bayar, jangan harap dapat perawatan. Sebagian ambil enaknya saja, sebagian lain acuh tak peduli. Suasana kota memudahkan akses ke berbagai fasilitas, yang tidak bisa didapatkan di wilayah pelosok. Itu benar adanya, tapi seharusnya bukan lagi jadi kendala, kalau rasa siap mengabdi sudah bersemi. Sebenarnya beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah virus-virus mekanisme ini menyebar ke pemikiran calon dokter gigi. Upaya pemerintah untuk memutus mata rantai mekanisme “pasar” ini pun tidak ketinggalan. Kementrian Kesehatan berupaya untuk memenuhi kewajiban tugasnya melayani masyarakat sampai ke pelosok negeri. Untuk memutus mekanisme pasar dan membuat para dokter mau bertugas ke daerah, ada beberapa hal yang dilakukan pemerintah, yaitu:

  1.  KKN
  2. Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa, mengharuskan mahasiswanya mencoba merasakan kehidupan jauh dari suasana perkotaan dengan segala kemudahan aksesnya. Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa banyak belajar tentang kesederhanaan dan pengabdian. Sebab rasa itu muncul dari pengalaman pribadi, dirasakan diri, dipetik hikmahnya pun sendiri.

  3.  Ikatan dinas
  4. Program ini dapat dilakukan oleh para dokter gigi yang memiliki ikatan dinas dengan pemerintah. Para dokter gigi dibawa ke daerah untuk mempraktikkan ilmunya dan memberikan manfaat bagi masyarakat yang kurang dari segi ekonomis di wilayah terpencil di Indonesia.

  5.  Uji kompetensi
  6. Dokter gigi yang hendak mengambil spesialisasi biasanya harus mengikuti uji kompetensi. Sebelumnya, dokter gigi tersebut akan diminta untuk melakukan internship atau magang di daerah pelosok.

Selain program-program di atas, pengiriman dokter umum di pelosok lewat program PTT sudah berjalan sekian lama. Program-program ini akan tetap dikembangkan dan dievaluasi agar kebutuhan tenaga medis di daerah dapat terpenuhi.

Harus ada upaya proaktif dalam diri mahasiswa. Tidak ada gunanya jika pemerintah gencar melakukan banyak program, tapi keengganan untuk berpartisipasi masih ada dalam diri. Toh, dokter gigi adalah profesi yang menuntut dedikasi. Kita mengabdi, mau tidak mau, suka tidak suka.

Kontributor: Detin Nitami, Editor: Nadia Cantika

Dokter Gigi Puskesmas

Banyak opini yang berkembang di masyarakat kalau Dokter Gigi adalah profesi mahal. Berobat ke dokter gigi adalah hal “terakhir” yang “terpaksa” dilakukan oleh pasien penderita sakit gigi. Adanya pelayanan dokter gigi dari puskesmas dengan harga yang terjangkau bisa menjadi solusi dari opini ini.

Opini lain muncul dan mengatakan pelayanan dokter gigi dari puskesmas tidak baik dan terkesan asal-asalan. Ini juga yang menyebabkan masyarakat malas mendatangi pusat pelayanan kesehatan dari pemerintah. Belum lagi sikap yang ditunjukkan oleh para dokter gigi seperti keramahan, perhatian dan kesabaran para dokter gigi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi yang kurang. Padahal hal ini seharusnya tidak terjadi jika para dokter gigi mengingat kembali tujuan utama mereka mengabdi sebagai seorang dokter gigi.

Tugas dokter gigi Puskesmas bukan hanya sekedar memberikan pelayanan medik gigi dasar di Puskesmas, tetapi juga hal-hal lain seperti pembinaan dan pengembangan serta pelayanan asuhan pada kelompok rawan, bila tidak ada perawat gigi. Juga bisa sebagai tempat konsultasi yang baik bagi masyarakat dalam masalah keshatan gigi dan mulut, bukan malah membuat masyarakat menjadi resah dan takut untuk mengunjungi kembali dokter gigi.

Dari beberapa survey yang diadakan, sebagian dari masyarakat masih beropini bahwa pelayanan dokter gigi di puskesmas dinilai masih kurang baik, namun sebagian lagi juga mengatakan sudah baik dan memuaskan.

Untuk itu, perlu diingatkan kembali bagi para calon dokter gigi maupun yang sudah menjadi dokter gigi agar dapat mengubah opini-opini tersebut. Hal ini dapat dimulai dengan berkaca kembali pada diri sendiri mengenai tujuan kita sebagai dokter gigi dan meningkatkan kualitas diri sendiri agar menjadi lebih baik, sehingga masyarakat dapat mengubah paradigma mereka terhadap dokter gigi.

 

Kontributor: Endah Meirena Editor: Utami Danniawati